Rabu, 08 Desember 2010

bunuh diri

Rasanya seperti melihat jerapah yang sedang melakukan kayang, ketika melihat sosok pria yang mau bunuh diri di pinggir jembatan layang. matanya terpejam dan dagunya menengadah, seperti adegan di film-film horor. kedua kakinya siap melompat kapan saja, tangannya sebentar menggenggam sebentar melemas, begitu terus dan berulang. lama sekali gak lompat-lompat.. sampai bosan melihatnya. atau mungkin ia ingin ditanyai dulu sebelum dia melompat? "ah mungkin saja!" pikirku. kudekati dan kutanyai,

"lagi ngapain mas?"

"mau bunuh diri!" jawab si pria yang memang terlihat mau bunuh diri tadi.

"apaaa??!!" aku pura2 kaget, biar dia senang sebelum mati

aku pun memberanikan diri bertanya "kenapa mau bunuh diri mas?", dia tertunduk lesu, dan menghela nafas panjang. kemudian memandang jauh ke arah utara. posisinya masih sama, dua kakinya masih berdiri di pinggir jembatan dan aku berada tepat di belakangnya (agak samping dikit dink, biar gak dikira adegan filmtitanic). mulutnya kembali membuka perlahan, "yaah aku tak tahan lagi! aku ingin menagkhiri semuanya!" spontan dia berteriak keras ke berbagai arah. saatnya si pria bercerita, jadi pria ini adalah mahasiswa semester akhir di universitas terkemuka di kota ini, dia mendapat beasiswa dari departemen pertanian karena keahliannya mencangkul dan bercocok tanam.dia selalu rajin belajar dari SD hingga sekarang, suatu ketika ia menjadi terpukul, gelisah dan mejadi malas belajar karena ia melakukan kesalahan dengan pacarnya. yap! tepat sekali, ia menghamili pacarnya, lalu ia ingin bertanggungjawab menikahinya tapi orangtua pacarnya tidak setuju. apa yang membuatnya demikian terluka? 'calon mertua'nya tidak setuju karena pria ini mempunyai latarbelakang yang buruk, hina dan menjijikkan. hinaan-hinaan yang diarahkan pada pria ini masuk meresap ke dalam sel-sel otak hingga seluruh badan melemas menahan beratnya beban yang terkandung didalamnya, menggumpal menjadi racun yang melumpuhkan akal sehatnya terus menerus, menggerus motivasi hidupnya, dan membimbingnya dalam fantasi kematian."aku ingin menghilangkannya" pria itu bergumam lirih."apa yang inign kau hilangkan mas?" tanyaku

"memoriku, semuanya"

"semuanya?"

"iya semuanya! termasuk ketika aku dan pacarku menikmati masa-masa indah dulu"

dari cerita tadi,setelah pria ini ditolak oleh orang tua si pacar, ternyata pacar pria ini akhirnya menikah dengan pengusaha batu bata di desanya. daan katanya hidup bahagia dengan anak biologis pria malang ini.

"dia sudah melupakanku, sedangkan aku tak bisa.." pria malang ini terus bergumam tak pasti sambil memandang jauh dengan tatapan kosongnya

"dengan begini aku akan bisa melupakannya, semuanya"

"semuanya, termasuk nyawamu?"

"kalo bisa memilih, hanya memorinya saja yang ingin kuhilangkan" kata pria itu, tertunduk.." tapi mana mungkin itu terjadi"

aku kembali menanggapi, "kalo ada alatnya pasti mahal sekali" aku menjawab sekenanya

"lebih mahal dari biaya SKS dan SPP di universitas mas ini, ditambah biaya SPP Tk, SD, SMP sampai SMA, berapa puluh juta itu mas?"

muka pria ini berganti ekspresi mendengar jawaban itu.

"memori itu mahal harganya, kita bayar tiap semester biar bisa mendapat memori tersebut, untuk kehidupan percintaan lembek itu hanya bonus saja, gak ada harganya.. tapi harus disyukuri karena itu gratis! itu pemberian tuhan"

pemberian tuhan yang gratis kok disia-siakan, rugi besar. kita hidup aja gratis, termasuk di dalamnya memori dan pengalaman. semuanya gratis tis.

banyak dari mereka yang tak bisa kuliah, tidak dapat kesempatan menikmati memori2 itu, lihat anak-anak jalan di bawah sana. mereka tak sekolah, karena ia mengalah dan memberi kesempatan sekolah pada orang-orang yang mampu.

kita adalah ayah dari pikiran-pikiran kita sendiri, dengan pengalaman sebagai ibunya. mana mungkin kita tega membunuh anak kita sendiri. semua perlu dilindungi, dikasihi dan diayomi. jika memang pikiran-pikiran yang menghantuimu itu adalah anak haram, maka didik dia menjadi anak yang berbakti kepadamu.

campur aduk, seperti lotek! itulah yang dirasakan aku dan pria itu. akhirnya pria itu mundur dari pinggir jembatan. tapi sayang terlalu mundur, eh malah ketabrak mobil dan mati.

naas memang, tapi setidaknya ia tidak membunuh 'anak'-'anak'nya dan menceraikan 'istri'nya dengan caranya sendiri. melainkan ada kekuatan diatas sana yang mengistirahatkannya bersama 'istri'nya, menitipkan sebagian 'anak2'nya kepadaku.

2 komentar: